BUILD YOUR OWN WORLD Like what you see? Become the Master of your own Universe!

Remove these ads. Join the Worldbuilders Guild

Gordon Haswell

Seorang ranger manusia yang berkelana di alam liar dengan membawa suatu memori yang asing bagi dunia yang ditinggalinnya saat ini

View Character Profile
Children

Remove these ads. Join the Worldbuilders Guild

Heartfelt Talk (1)

  Di suatu malam setelah membersihkan beberapa ruangan di tower Ares, Gordon mencurahkan isi hatinya tentang misi scouting sebelumnya bersama anak-anak baru Golden Wool. Walaupun Ares sendiri bisa ‘mengetuk’ isi kepalanya dalam sekejap untuk mengetahui segalanya, Gordon masih bersikeras ingin menceritakan ini dengan ucapannya sendiri.   “Jadi, tuan Ares. setibanya di sana di Golden Wool itu aku disambut penjaga tavernnya Banain sama kambing bulat yang namanya Asto. Si Astonya malah flirting sama domba lain entah itu dombanya bisa bicara kayak asto juga ato nggak” “Terus disitu aku ketemu juga sama anak-anak barunya. Biru si ikan, Thozal manusia hijau, Agio si raksasa, Caleb anak setan, dan yang manusia normal cuman Lohareth.” “Asto dan Banain ngasih kita briefing beberapa titik lokasi yang kami akan scouting. Kira-kiranya sih ada 7 titik gitu. Anak-anak pada setuju untuk scouting ke titik hutan mati di utara Halseamer, titik suara misterius dekat tower tuan, dan titik yang dikabarkan ada pembunuhan pendeta dan agamis itu.” “Untungnya guild bisa ngasih kami beberapa informasi gitu tentang titik-titik yang lainnya, kayak informasi dari scouting terdahulu sama kabar dari anak-anak guild. Anak-anak druid dan juga Ghulam sangat membantu banget mereka ngasih informasinya. Kata anak druid mereka pernah ke hutan sana dan katanya mereka diintai oleh sesuatu. Serem sih, tapi informasi yang kayak gitu berguna banget buat anak-anak scouting” “Oh iya, aku disana kenalan banyak sama anak-anak adventurer. Selain ketemu Ghulam, aku juga kenalan sama kucing yang bisa ngomong! Lucu banget! Terus terus terus, anak druidnya ada yang masih bocah gitu dia pake jubah kayak semak warnanya warna musim gugur. Ada juga kayak anak kuliahan gitu, kayaknya dia anak druid juga. Oh, dan juga aku ketemu nona Nesha yang pernah kesini!”   Gordon taking a sip of the liquor. Out of his excitement, Gordon menghela nafas panjang dan menghembusnya lagi seolah mengeluarkan hawa hangatnya setelah meminum alkohol tersebut.   “Keesokan harinya, kami berangkat dengan tujuan pertama kita yaitu titik hutan mati. Dari pengamatan kami sih hutan ini benar-benar mati dengan cara yang diluar nalar akal, yang kayak gini sepertinya anak-anak druid yang di tavern mungkin lebih ngerti kenapa bisa begini. Kami masih lebih dalam ke hutan dan kami disambut sama makhluk yang sebesar Thozal gitu. Penampilannya…. Dia pake topeng bertanduk, bener-bener nggak kelihatan matanya, tapi dia nggak pake armor. Ku tanya lah makhluk itu apakah dia penghuni hutan itu dan dia malah ngejawab dia malah mo cari lawan kuat gitu. Mungkin ini makhluk yang dibicarain sama anak-anak druid guild sana. Aku sebagai ketua party was-was dong ngeliat ginian.”   Gordon taking a sip of his liquor again.   “Ku ajak bicara juga responnya masih sama gitu. ‘I want to fight’, ‘stronger opponent’ gitu gitu, nggak jelas banget dah. Tapi entah tiba-tiba kenapa dia langsung melempar kapaknya ke pohon gitu! Dan kapaknya balik! Ku baru nyadar ternyata ada si caleb lagi manjat ke pohon itu!!! Yha… aku panik yha, ku perintahin anak-anak untuk mundur gitu. Eh malah si Thozal maju gitu, padahal sudah aku perintahin untuk mundur. Terus kalau nggak salah si makhluknya itu juga tertarik buat ngelawan Thozal gitu. Ye Thozalnya ku marahin karena bahaya!”   Tense gordon bercerita makin melunjak.   “Malah si ikan bilang kalau dia druid dong! Ye si makhluknya ngejar si Biru gitu!!! Makin serem!!! Ya udah deh ku perintahin pokoknya semuanya kabur gitu!”   Raut mukanya yang seawal serius dan panik saat menceritakan itu, kini renggang kembali menjadi sayu khasnya   “Tapi aku menyadari sesuatu kalau… makhluk tersebut bener-bener kayak mesin pembunuh druid… kayak… sesuatu yang berkaitan dengan druid itu jadi triggernya gitu….” “Semoga anak-anak scouting lainnya menangkap hal ini dan ngasih kabar ke guild”   Gordon taking a ship of his liquor… again.   “Pada akhirnya yha kita berhasil kabur dari makhluk itu. Kami mengarah ke timur ke titik selanjutnya yang dekat sama tower tuan.” “Sebelum sampe ke sana. Kami istirahat dulu sih. Soalnya serem si caleb kena sabet gitu dari si kapaknya. Kayaknya tempat istirahatnya masih dekat sama tower tuan. Ye tapi buat memotong jarak kami tidur diluar aja.” “Yang jaga sih saat itu si Thozal dan Biru. sisanya istirahat tidur biar nggak capek diperjalanan… aku juga mencoba tidur tapi entah kenapa aku nggak bisa tidur… lelap gitu? Hhhhhh aneh gitu rasanya?” “Aku bangun-bangun malah ngedengar orang beradu senjata gitu. Ya udah deh aku samperin. Ternyata Thozal sama Biru disana lagi ngelawan… serigala gitu?! Tapi serigalanya aneh nggak kayak serigala kayak umumnya.” “Pas semuanya berhasil dibunuh gitu. Ku coba deh investigasi si mayatnya. Yang bener aja itu darahnya hitam pekat, baunya nggak enak, dan pas ku sentil pake staff kayuku, ujungnya malah jadi busuk dong! Anak-anak katanya mo ngambil kepalanya gitu kan untuk trophy, ku marahin lagi karena itu bahaya banget.”   Gordon snorted his breath hardly. Ia mengeluarkan potongan ujung staff yang membusuk itu. And again… he took a sip of his liquor.   “Ku jemput lagi mereka balik ke tempat rest tadi… kasihan Thozal dan Biru terluka parah gitu. Sisanya mah… kita balik istirahat lagi dan nyoba untuk menyimpulkan apa aja yang sudah kita temuin” “Huh… aku juga menyadari kalau serigala ini tuh ada hubungannya sama hutan mati tadi… oh iya aku juga ingat kalau makhluk hutan mati tadi nyebut sesuatu yang spesifik yaitu ‘Blight’.” “Let’s carry on. Setelah itu kami mengarah ke titik suara misterius dekat tower tuan. Disana kami bertemu seseorang? Atau seekor? Burung gagak gitu. Yang nyadar si Biru sih katanya dia ini ras kenku. Lucunya si burung ini ngikutin setiap kata-kata dan logat kami gitu. Pas kami tanya gitu namanya Spanias. Katanya sih dia nyari seseorang yang namanya Dekyl…”   Gordon berhenti sebentar setelah menyebut nama itu, seolah mengingat suatu memori yang mungkin tidak seharusnya penting baginya. Setelah itu melanjutkan omongannya lagi.   “Oh, itu! Si Dekyl kambing yang dari Golden Wool. yha mudahan dia bisa ketemu sih sama dia. Terus dia ngucapin sesuatu gitu…. Tapi logatnya kayak pak b- errrrr Si Kampret…aneh banget dah.” Sedari tadi raut wajahnya gordon yang mengikuti alur ceritanya kini kembali menjadi sayu yang seperti biasanya, tapi dengan tersipu malu tipis.   “M-mungkin sampai situ aja yang bisa aku ceritakan. Sorry for blabbering too much… mWA!” “R-rasanya ringan di kepala setelah cerita panjang seperti ini… feels like old time sharing stories togeth… mWA- I-i can tell you the other story on the other day! I promise it!”   [TO BE CONTINUE]

Comments

Please Login in order to comment!