Darah,
Tubuh yang dingin,
Gemerincing emas yang ada di dalam kantung,
Perintah absolut untuk mengganti pekerjaan malaikat maut.
Orang di desa selalu bersorak-sorai saat aku pulang, selalu mengucap selamat atas darah dan nyawa yang baru saja disantap oleh senjataku. Tak banyak yang kagum juga, fakta bahwa seorang elf dengan penglihatan minim bisa membunuh makhluk bernyawa dengan semudah itu berbekal busur dan panah. Aku juga merasa senang, bohong kalau aku bilang tidak merasa senang dengan fakta pembunuhan yang dilakukan oleh diriku telah membawa sebuah penghormatan dimata hampir semua orang di desa.
Benar, hampir.
Kecuali.. ibunda.
Aku tidak terima dengan wajah jijik, decihan sialan, dan bahkan ucapan bajingan yang selalu mengatakan bahwa aku tidak bisa hidup sebagaimana orang lainnya. 50 tahun aku hidup dengan kalimat "kamu kurang bisa melihat, memalukan." dan "kamu tidak bisa berburu". Di titik itulah aku jengah dengan segala yang dilakukan oleh ibundaku, dan memutuskan.. untuk lari dari desaku, mengerjakan pekerjaanku, mendapatkan uang, tanpa kembali kesana lagi.
Aku sampai di Halseamer, kota kecil yang aman. Sesaat setelah aku sampai aku menemukan sebuah tavern, tavern yang berisi orang-orang yang memanggil diri mereka sebagai 'petualang'. Aku pun memutuskan untuk sering berkunjung, hanya untuk mengenali lingkungan itu, aku sampai menghafal beberapa orang yang dianggap penting, atau... aneh ?
Asto, seorang artificer, satir. Suaranya sangat bising, namun dia sepertinya seseorang yang dihormati di tempat ini.
Banain, seorang penjaga. Aku mendengar beberapa perbincangan pembayaran dan quest saat orang mendekatinya.
Solaru, anak didik yang belajar. Aku selalu mendengar Asto memanggilnya dan mengajarinya banyak hal, murid yang baik.
Setelah lama menjadi pelanggan tetap, aku pun memutuskan untuk mengakhiri pekerjaanku. Satu mimpi tentang pembunuhan, demon, orc, dan tabaxi membuatku semakin ingin mengakhiri dosaku. Aku tahu dosaku sangat berat, namun aku berharap, berpindah pekerjaan, membantu orang, bahkan berteman dengan semua orang dapat sedikit meringankan dosa yang ada di hatiku, nyawaku, dan jiwaku. Tidak mudah, namun aku berusaha.
Perjanjian dengan Asto dibuat, aku tidak akan membunuh makhluk hidup kecuali dengan niat baik dan mengabdi pada guild ini sepenuhnya. Sejak itulah, senjataku hanya aku tujukan pada musuh yang mengancam nyawaku dan orang yang aku sayangi. Aku akan menggunakan senjataku untuk niat baik, dan aku tidak berpikir untuk kembali.
Kertas terlihat di potong secara sengaja